Tulisan Anakku
Saya akan mencoba menganalisa kemampuan menulis anak saya. Pengalaman saya menunjukkan bahwa menulis adalah hal yang tidak mudah. Mungkinkan kegiatan menulis itu menjadi suatu hal yang mudah bagi sang anak? Apa yang dapat kita lakukan selaku guru atau orang tua untuk mendorong mereka terbiasa menulis?
About Me
- Name: Sitti Maesuri
- Location: Parktown, Johannesburg, South Africa
I am a lecturer at Mathematics Department in UNESA. I graduated from the University of Queensland, doing research about using the Internet for teacher professional development and for mathematics teaching. Now, I am doing my posrdoctoral program at University of the Witwatersrand South Africa. I love teachers and I love teaching. I am very keen to work closely with many teachers and I hope very much to do invaluable things for teachers. Through this website, I will share ideas in two languages: English or Indonesia
Sunday, October 15, 2006
Sunday, April 23, 2006
Writing At home
Atau kami meminta dia menulisan daftar barang yang perlu disiapkan sebelum berangkat piknik.
Harapan kami (orang tua), semoga anak kami bisa tumbuh menjadi penulis. Saya terlalu kagum pada orang yang mau menulis dan berbagi ide-idenya. Saya percaya, ada juga ide-ide cemerlang yang saya miliki tapi menuliskan ide tsb bukan hal yang mudah, apalagi bukan suatu kebiasaan dalam hidup kami.
Tentu sipembaca akan merasakan keterbatasan bahasa tulis saya. Apa boleh buat, dan semoga blog ini bermanfaat bagi pembacanya.
Matematika Anak (Bagian 7)
Hal ini selalu saya terapkan misalnya dengan bertanya: 'How do you know?'
'Why?'
Can you please explain to me?
Dan respon itu terkadang melihat bahwa saya minta diajari karena ketidaktahuan saya. Dia kadang terlalu percaya diri.
Dan ternyata sikap percaya diri ini sangat crucial untuk dimiliki.
Matematika 6
Mengapa Fika ingin mengerjakan atau menjumlahkan bilangan-bilangan dari arah kiri.
Guru saya di SD memberi aturan bahwa harus dari kanan, tetapi saat itu saya tidak bertanya mengapa.
Dengan cara menghapus atau mengganti bilangan, dia menemukan jawabannya. Sebagai catatan bahwa Fika menggunakan PC Tablet mengerjakan soal ini sehingga sangat fleksibel bagi dia memilih warna atau menghapus. Perhatikan Langkah 4. Ini adalah murni metode dia sendiri.
Matematika 5
Soal-soal sebelumnya dalam kegiatan mental math/teka-teki telah membantunya memahami konsep penjumlahan.
Bisakah kita jawab mengapa soal 43 + 54 = .... sering lebih mudah dari 12 + 18= .....
Soal 422 + 334 = .... bisa lebih mudah daripada 35 + 17 = .......
Matematika Anak (Bagian 4)
Matematika anak (Bagian 3)
Hal ini harus kita garis bawahi. Mengapa, karena apa yang dipraktekkan Fika adalah contoh berfikir matematika. Contoh dimana Fika mengerjakan suatu hal yang abstrak. Kita semua tahu bukan bahwa matematika adalah barang abstrak. Kita tidak pernag akan bisa membeli bujursangkat, atau limas, atau bilangan di pasar manapun di seluruh dunia. Barangnya itu hanya ada dalam otak. Jika berfikir matematika dilatihkan sejak kecil pada anak-anak kita, maka dia akan punya modal kemampuan memecahkan masalah-masalah rumit sekalipun.
Saya menemukan bahwa penjumlahan seperti ini sudah mudah bagi dia, maka saya tingkatkan lagi penjumlahan yang memerlukan teknik menyimpan. Tapi metode ‘menyimpan’ tidak saya perkenalkan. Lalu bagaimana cara saya membantunya? Baca pada posting berikutnya.
Matematika (Part 2)
Kadang-kadang saya juga berikan soal terbuka secara tertulis, penjumlahan dua bilangan yang tidak diketahu tetapi hasil penjumlahannya diberikan. Hal ini pun disenanginya.
Matematika anak (Bagian 1)
Saya berikan soal yang mudah lalu saya tingkatkan ke yang lebih rumit. Misalnya 2+ 2, 5 + 5, 20 + 20, 400 + 400, 3 juta + 3 juta, 130 + 30, 250 + 50. Nama-nama bilangan besar saya kenalkan dengan cara bermain dan saat ini kalau saya mendikte bilangan ratusan dia sudah bisa menuliskannya. Dia jadi bangga karena dapat menjawab pertanyaan dengan bilangan besar meskipun dia belum tahu menuliskan angka ribuan atau jutaan. Kegiatan ini adalah ‘mental math’. Hal yang menarik bagi saya adalah cara gampang untuk membangunkan Fika pada pagi hari adalah dengan mengajukan pertanyaan semacam itu. Saya namai ‘brain activation’, atau mengaktifkan otaknya. Setelah dia menjawab sejumlah pertanyaan yang tingkat kesulitannya ditingkatkan sedikit demi sedikit, maka matanya jadi segar dan barulah dia bangkit dari tempat tidur.
Ternyata dia sangat tertarik dengan penjumlahan angka-angka besar misalnya penjumlahan dengan angka ratusan, ribuan, juta, miliar, dll. Hal negatif dari cara saya adalah, dia selalu mengeluh dengan gurunya di kelas 2 yang selalu memberikan soal-soal matematika yang sederhana buatnya. Dia bilang bosan.
Strategi Membantu Anak Belajar (Part 2)
Coba berfikir sejenak cara apa yg dapat dilakukan untuk melibatkan anak belajar. Kalau dia tertarik, lanjutkan melakukannya karena belum tentu cara itu menarik anak pada hari lainnya. Seperti yang biasa saya alami, cara yang saya gunakan minggu lalu menarik bagi dia saat itu tapi tidak menarik minggu ini, dia pun bilang tidak mau atau bosan seperti dia katakan ‘I don’t want’ atau ‘It’s boring’. Beberapa contoh ada pada posting lainnya.
Saturday, April 22, 2006
Strategi Membantu Anak Belajar Membaca
Strategi 1: Ciptakan suasana sehingga dia merasa tertarik dan butuh pandai membaca.
Fika tidak pernah diajar membaca bahasa Indonesia secara formal seperti yg saya lakukan pada adik-adik saya. Hal pertama yg terjadi adalah menciptakan situasi dimana anak merasakan kebutuhan membaca. Misalnya, Fika tampak tertarik dengan membaca karena sering melihat ayahnya baca koran. Dan ketika dia juga pingin tahu isi koran, ayahnya cuman bilang 'makanya Fika harus pintar membaca'.
Strategi 2: Mengajar membaca dengan cara bermain.
Ketika suatu hari Fika bersama Ayahnya mengunjungi saya di Bali yang saat itu sedang belajar bahasa Inggris untuk tahap persiapan PhD saya, tiba-tiba muncul ide teka-teki di kepala saya yang bertujuan mengajarkan cara baca ketika huruf-huruf konsonan bertemu dengan vocal. Misanya, saya tanya 'te a' dia jawab 'ta'. Kemudian saya lanjut 'el i', dia jawab 'li' dan dia menyambung kedua suku kata menjadi ‘ta-li’. Kegiatan ini dilanjutkan untuk kata 'buku', 'biru', 'wati' dan lain-lain. Inilah cara membaca tanpa menggunakan buku atau pun pensil. Rupanya dia senang sekali dan terus meminta saya bermain teka-teki seperti ini, 'Ayo Bu, main teka-teki lagi’ Tampaknya cara ini menarik dan ampuh.
Strategi melibatkan anak belajar (Part 1)
Akhirnya kertas itu penuh tulisan seperti pada gambar di samping. Ide berikutnya kami harus mencari kata tertentu. Saya menyebutkan sebuah kata dan dia mencari dan melingkari kata yang ditemukan, demikian sebaliknya. Ini adalah ‘searching words’. Fika sangat senang. Saya kemudian dapat ide lain, yaitu ingin melibatkan Ayah dan adiknya. Kami bergantian menyebutkan kata dan berlomba mencarinya. Maka terjadilah ‘Lots of fun’ malam itu di kamar tidur Fika, apalagi Ayahnya senang membuat lelucon. Suamiku memang suka melucu.
Jika dianalisis lebih jauh, nilai pembelajaran kegiatan ini sangat tinggi karena sang anak diajak spelling bahasa Inggris. Ini juga kesempatan untuk saya tahu sejauh kemampuannya mengetahui kata-kata bahasa Inggris. Saya jadi mengerti mengapa dia selalu keluhkan bahwa pelajaran menulis atau mengeja di kelasnya terlalu gampang. Keluhan seperti ini tidak pernah terjadi ketika dia Kelas 1.
Hal lain, kami berhasil melibatkan ayahnya untuk belajar bahasa Inggris.
Suasana yang sedikit sulit ketika Adik selalu mau mengambil giliran, ingin melingkari kata tertentu sementara sang kakak takut kalau dia justru bikin salah. Lagi-lagi sering terjadi gangguan karena Adik selalu meminta perhatian yang lebih banyak. Hikmah: Teori konstruktivis sosial dari Vygotsky sebenarnya memberi pesan implisit bahwa ciptakan suasana di mana Kakak dan Adik saling belajar sehingga tingkat intelektual mereka sama-sama meningkat. Namun saya belum pernah membaca cara menangani perilaku Adiknya yang selalu pingin lebih, pingin dapat giliran nomor 1, pingin lebih diperhatikan. Apakah hal pasti terjadi diusia anak masih di bawah 5 tahun?
Thursday, April 20, 2006
penghargaan
Memberi penghargaan pada anak sudah menjadi bagian dari pembelajarannya. dan bentuk paling umum yang sering diterima anak adalah mendapat stiker dari guru. Ternyata anak-anak di kelasnya senang sekali dengan stiker
Tolong De Sri, saya bingung.
Guru Kreatif membawa murid kreatif
Contoh portfolio dari guru
Hal yang menarik dari sekolah Fika untuk kita cermati bersama bahwa kerjasama pihak sekolah dan orang tua sangat besar. Orang tua bisa ikut di kelas membantu guru, komunitas orang tua melakukan penggalangan dana. TETAPI posisi orang tua juga sangat dihargai oleh sekolah. Orang tua bebas menyatakan ketidakpuasannya atau harapan-harapannhya.
Setiap akhir term, dilakukan interview secara sendiri2 dengan orang tua untuk melaporkan perkembangan anak2. Indikator2 penilaian sangat jelas. Guru berusaha menunjukkan apa kehebatan dan kelemahan masing-masing anak dan mencoba menyampaikan ke orang tua.
Sebagai contoh, sampai pada Term 2, Fika lemah dalam sharing topic. Dia belum percaya diri untuk presentasi di hadapan kelas. Dan saat itu, saya nyaris tidak pernah melatihkan di rumah meskipun gurunya sudah mengirimkan topik2 presentasi mingguan. Dalam interview, saya katakan bahwa saya kurang percaya diri mengajar dia, dan si guru mengingatkan saya untuk selalu percaya diri. karena katanya saya adalah salah satu kunci kesuksesan anak saya.
Kegiatan meneliti
Habitat (Tulisan Bag. 18)
Ini adalah salah satu contoh anak belajar biologi dengan amat menyenangkan. Buat saya belajar biologi paling sulit, karena harus banyak menghafal. Saya paling tidak senang menghafalkan bahasa-bahasa latin. Akibatnya, nama binatang atau tumbuh-tumbuhanpun sering tidak saya ketahui. Tidak masuk dalam memori saya!!! Maka pantaslah wawasan anak saya pada bidang tertentu jauh lebih luas.
Pelajaran Biologi di Kelas 1 (Tulisan Bag.17)
Dengan kegiatan tersebut, saya banyak mendapat informasi baru dari anak2 saya. Fika menjelaskan perbedaan invertebrata, vertebrata, reptil, mamalia. Sungguh luar biasa!!! Sering juga dia bertanya dan saya tidak tahu jawabnya. Untunglah ada akses Internet di rumah sehingga bisa cari informasi secara cepat.
Gurunya memang kreatif. Di dalam ruang kelasnya diatur setting tertentu dan disbut sebagai pusat penelitian. Foto-foto yang menggambar kan situasi ruang kelasnya akan saya posting di blog saya bila mendapat ijin dari guru bersangkutan. Pengambilan foto di kelasnya tahun lalu dengan alasan bahwa saya ingin mengirimkan ke neneknya di Indonesia.
Gemas pada ayam (Tulisan bag. 16)
Sedangkan bagi Fika, anak ayam sangat special. Di sekolahnya dia mengamati bagaimana telur menetas menjadi anak ayam dan perkembangan tingkah laku anak ayam. Siswa diminta memegang anak ayam untuk bisa merasakan kehalusan bulunya, ketajaman kuku-kukunya. Anak2 ayam menjadi salah satu bagian hiburan mereka. Mereka juga mempelajari bagaimana memelihara anak ayam tersebut.
Ketika kami bawa mereka ke kebun binatang Lone Pine, kedua anak saya berlari kencang menuju tempat anak Ayam tsb. Mereka mengelusnya dan rasa kasih sayangnya pada anak ayam tsb bersinar dari matanya.
Kami orangtuanya sempat berkomentar, anak ayam aja kok segitu gembiranya. Begituan mah banyak di kampung.
Pelajaran bagi kita orang tua, betapa hebatnya kalau rasa kasih sayang itu bisa di pupuk. Mungkin rasa kasih sayang pada manusia juga akan lebih baik.
Gurunya Hebat!!! (Tulisan Bag. 15)
Kasus Fika sebagai International student yang baru kenal dengan bahasa Inggris pada akhirnya mampu menulis sekitar 130 kata pada bulan ke-7. Kita seharusnya bisa mengambil pelajaran dari fenomena ini, bahwa sepanjang orang dewasa mampu membantu anak belajar dengan metode yang tepat, maka yakinlah bahwa bahwa para anak cepat berkembang.
Kita butuh dukungan dana yang besar untuk membantu para guru kita meningkatkan kualitas dirinya selaku pengajar/pendidik. Kita juga butuh agar setiap diri pendidik mempunyai misi jangka panjang, yaitu bahwa para anak didiknya akan memiliki bekal yang memadai untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan, agar mereka mampu membangun bangsa kita yang sudah terpuruk.
Pertunjukkan badut (Tulisan Bag. 13)
Mari kita berfikir! Kita para orang tua sering marah pada anak ketika mereka melakukan kesalahan berdasarkan versi kita. Marahnya lebih sering dikedepankan dari pada penjelasannya. Sedangkan di sekolah Fika, ditekankan bagaimana kita mengajak anak memahami aturan2 dan dengan jiwanya yang masih murni, aturan2 tsb ternyata mudah dicernanya. Aturan yang diberikanpun tidak berupa dogma atau apalah namanya. Tetapi mereka diajak berfikir mengapa kita tdk boleh melakukan hal yang bisa mencelakakan orang lain , misalnya.
Cuman ada yang juga yang sedikit problematik buat saya karena sering pertentangan budaya. Misalnya anak dilarang berbagi makanan. Ini aturan ketat karena konsekwensi di sini sangat berat jika makan makanan orang lain dan tidak cocok, misal alergi. Atau untuk kasus Fika, makan babi haram misalnya. Namun untuk budaya keluarga kami, itu artinya ngajarin orang pelit.
Anak tetangga saya pernah makan makanan ice cream, kue dll, dan sama sekali tidak memberikan pada anak saya. Ayahnya sempat sakit ngomel karena anak saya selalu membagi makanannya pada mereka sedangkan mereka tidak seperti itu. Saya kemudian bertanya pada anak tetangga, ternyata alasannya karena di sekolah orang dilarang berbagi makanan. Tapi tetap lucu, karena setiap diberi makanan oleh anak saya, mereka menyantapnya dengan lahap.
Observasi (Tulisan Bag. 12)
Hal penting dari kegiatan ini juga adalah bagaimana anak2 sekitar 25 orang belajar teratur dalam kunjungan tsb. Si guru dia memang sangat hebat. Semoga Fida juga dapat guru tsb dua tahun depan. AAmiin.
Nonton Movie (Tulisan Bag. 11)
Hal yang sering juga saya lakukan pada Fika, sebelum berangkat ke suatu tempat yang menarik bagi mereka, saya menyampaikan harapan saya supaya anak saya mau nulis sepulang dari sana. Dia senang apalagi anak tetangga juga ikut dengan kegiatan menulis ini. Mereka jadi tertarik karena mereka bermain. Apalagi kalau mereka juga mendekorasi tulisannya.
Saya senantiasa berfikir cara bermain yang melibatkan mereka bermain.
Problem yang biasa menjadi beban pikiran saya adalah fakta-fakta di kampung saya yang sangat memberi beban pelajaran yg banyak pada anak. Sebagai contoh, anak TK pun diberi les matematika.
Untunglah anak saya ikut ke sini, di kelas 2 pun masih banyak permainan di dalam kelas, apalagi di kelas 1. Fika selalu berwajah senang kalau mau ke sekolah karena katanya 'Lots of fun'
Tulisan bulan ke-5/hari ke-80 (Tulisan Bag. 10)
Horee Fika, kamu dapat 12 bintang dalam tulisannmu. Kesalahan tensis yang kamu lakukan cukup banyak, tapi tidak perlu khawatir. Ibu pun yang sudah sering belajar bahasa Inggris masih saja sering salah tensisnya. Saat itu, kamu pasti belum tahu membedakan tensis present dan past tense. Saya pun tidak bisa membantumu.
Ayahnya selalu heran, mengapa saat ini Fika dan Fida bisa nerapin tenses secara otomatis. bagi sang Ayah, menghafal kata kerja bentuk pertama dan bentuk kedua adalah hal yang sangat berat. Sang Ayah juga mengatakan bahwa kadang saya harus mikir 5 menit, memikirkan tensis apa yang tepat sebelum berkata-kata.
Mari kita akui, bahwa proses belajar anak jauh lebih cepat dari pada orang dewasa. Salah satu buktinya terjadi pada kami. Artinya apa, mumpung mereka masih kecil, mari kita bantu mereka memanfaatkan potensi yang diberikan oleh Sang maha Pencipta. Juga bagi guru di sekolah dasar, berhati-hatilah untuk tidak menghambat perkembangan anak-anak bangsa kita. Bukankah mereka adalah masa depan kita?
repetition di hari ke 71 di sekolah (Tulisan Bag. 9)
Sering terjadi, ketika dia melihat seorang dewasa atau 'adult' melanggar aturan lalu lintas,misalnya menyeberang jalan padahal lampu untuk pejalan kaki belum berwarna hijau. Dia selalu bertanya: 'Mengapa dia nyeberang BU' bahkan kadang dengan sinisnya mengatakan 'Bad people!!!'
Dia sangat patuh pada aturan lalu lintas, apalagi dia belajar langsung pada 'community helpers'. salah satunya adalah ketika polisi datang ke sekolah mereka dan menjelaskan aturan-aturan lalu lintas. Dia cinta banget sama polisi karena polisi adalah pelayan masyarakat.
Dia tentu tidak tahu bahwa banyak polisi di negaranya bukan sebagai pelayan masyarakat tapi sebagai .....(silahkan dilanjutkan sendiri berdasarkan pengalaman masing-masing)
Romantis di hari ke 50 (Tulisan Bag. 8)
Fika Anakku, kamu adalah pengamat yang baik. Saya memahami tulisannya bahwa suatu hari di sekolah dia berjalan dan melihat sekelompok anak yang sedang mendengarkan gurunya. Dan dia merasa bahagia. Apakah maksudmu, anak-anak itu tampak bahagia? Atau karena melihat dia bahagia lalu Fika ikut bahagia. Saya tahu nak, kamu masih sulit mengungkapkan semua perasaanmu apalagi dalam bahasa yang baru kamu pelajari.
Tulisan hari ke 13 di sekolah baru (Tulisan Bag. 7)
Ini sudah sangat lumayan karena Fika dapat menangkap apa yang dikatakan gurunya, dan dia bisa menuliskan dalam gaya bahasa Indonesia. Padahal usianya baru 5 tahun 4 bulan. Coba kita lihat gambar di samping tulisan tsb, berenangnya di atas permukaan air ya. Nak Fika, mungkin gurumu tidak tahu bahwa cara nulismu ini benar untuk versi Indonesia.