Pertunjukkan badut (Tulisan Bag. 13)
Mari kita berfikir! Kita para orang tua sering marah pada anak ketika mereka melakukan kesalahan berdasarkan versi kita. Marahnya lebih sering dikedepankan dari pada penjelasannya. Sedangkan di sekolah Fika, ditekankan bagaimana kita mengajak anak memahami aturan2 dan dengan jiwanya yang masih murni, aturan2 tsb ternyata mudah dicernanya. Aturan yang diberikanpun tidak berupa dogma atau apalah namanya. Tetapi mereka diajak berfikir mengapa kita tdk boleh melakukan hal yang bisa mencelakakan orang lain , misalnya.
Cuman ada yang juga yang sedikit problematik buat saya karena sering pertentangan budaya. Misalnya anak dilarang berbagi makanan. Ini aturan ketat karena konsekwensi di sini sangat berat jika makan makanan orang lain dan tidak cocok, misal alergi. Atau untuk kasus Fika, makan babi haram misalnya. Namun untuk budaya keluarga kami, itu artinya ngajarin orang pelit.
Anak tetangga saya pernah makan makanan ice cream, kue dll, dan sama sekali tidak memberikan pada anak saya. Ayahnya sempat sakit ngomel karena anak saya selalu membagi makanannya pada mereka sedangkan mereka tidak seperti itu. Saya kemudian bertanya pada anak tetangga, ternyata alasannya karena di sekolah orang dilarang berbagi makanan. Tapi tetap lucu, karena setiap diberi makanan oleh anak saya, mereka menyantapnya dengan lahap.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home